https://bit.ly/35b6ylF

Mirip Seperti Sasak, Inilah 4 Negara Dunia yang juga Punya Tradisi Culik Calon Pengantin

Mirip Seperti Sasak, Inilah 4 Negara Dunia yang juga Punya Tradisi Culik Calon Pengantin
Tradisi pernikahan oleh suku Sasak mungkin bisa dibilang adat paling unik di Indonesia. Menurut berbagai sumber di sana jika ingin menikah, seorang pemuda akan menculik gadis pilihannya untuk kemudian menghubungi keluarga si wanita dan terjadilah putusan. Uniknya, tradisi ini masih dilakukan di beberapa daerah di suku Sasak bermukim.  TIPS KESEHARIAN

REMIX 2018 VIDEO HOT "KLIK DISINI" JANGAN LUPA SUBCRIBE

Adat mencuri pengantin sebenarnya tak hanya milik Sasak, beberapa negara di dunia juga melakukannya. Tentu dengan detail yang agak berbeda dan biasanya agak ekstrem. Misalnya di Rwanda yang mana tradisi ini dilakukan dengan aksi penculikan betulan. Lalu, negara-negara mana saja yang punya tradisi culik pengantin tersebut? Simak ulasan menariknya berikut.  INFO SPECIAL

Kyrgyzstan, tradisi culik calon pengantin yang agak ekstrem

Kita mungkin mengenal culik pengantin sebagai salah satu budaya luhur di suku Sasak Lombok. Namun siapa sangka di luar negeri pun ada hal yang serupa. Ya itulah Kyrgyzstan, salah satu negara di Asia Tengah sana. Berbeda dengan yang ada di Lombok yang menyimbolkan meninggikan kehormatan seoran wanita, di Kyrgyzstan malah cenderung pada penculikan nyata dan pemerkosaan.  BERITA UNIK



Biasanya wanita-wanita diculik saat tengah malam oleh para pemuda lajang yang ingin segera mengubah statusnya. Akhirnya pada tahun 1994, tradisi nyeleneh ini pun dilarang dengan ancaman pidana yang bakal mengancam para pelakunya. Bayangkan saja, banyak wanita yang bunuh diri lantaran budaya seperti itu.

Rwanda enggak kalah edan dalam hal penculikan

Serupa dengan yang ada di Kyrgyzstan, kegiatan menculik calon pengantin jadi tradisi yang sering ditemui di Rwanda. Sayangnya bukannya jadi sebuah budaya untuk menghormati perempuan, tindakan ini dilakukan secara kriminal. Ya, para pemuda di negara tersebut menculik wanita yang disukainya untuk dibawa ke suatu tempat dan diperkosa. Keesokan harinya baru wanita itu diserahkan pada keluarganya untuk segera dinikahkan.



Si mempelai pria nantinya akan membawa seekor sapi atau hadiah mewah lainnya sebagai permintaan maaf karena sudah merengut keperawanan si pengantin. Meskipun tidak dilarang secara hukum, namun tradisi yang satu ini ditentang banyak pihak lantaran melanggar HAM.

Kenya lebih mendingan, harkat martabat wanita dipandang tinggi

Penculikan calon pengantin di suku Turkana di Kenya mungkin dianggap paling mendingan ketimbang yang lain. Ya adat yang ada di suku ini menyuruh para lelaki lajang untuk menculik pada wanita yang mereka sukai. Jika penculikan itu berhasil maka si lelaki akan meningkatkan status sosialnya di masyarakat serta dapat hak untuk meminta keringanan soal mahar.



Sebaliknya jika ada beberapa kegagalan, maka mempelai pria harus membayar mahar super mahal dan hadiah-hadiah khusus. Sedangkan di etnik lain seperti di Kisii, penculikan pengantin masih dibumbui tindak kriminal dan pemerkosaan.

Jadi salah satu bagian Rusia, Chechnya juga punya tradisi yang serupa

Kita mungkin mengenal Chechnya sebagai salah negara bernuansa Islam yang ketat serta pemimpinnya yang alim. Namun siapa sangka negara ini juga punya masa lalu yang lumayan kelam. Bagaimana tidak, pasalnya praktek penculikan calon pengantin masih sering terjadi di sana.



Sayangnya, kadang tradisi yang satu ini mengakibatkan pertikaian besar apabila pihak wanita tidak terima bahkan bisa berujung pada tindak pidana. Oleh sebab itu, budaya yang sudah dipraktekkan sejak lama ini kini dalam upaya penghapusan. Pasalnya lantaran penculikan pengantin dengan paksaan sangat tidak cocok dengan syariat Islam (mayoritas Chechnya) dan hukum di Rusia.

Meskipun sama-sama berjudul ‘Penculikan Calon Pengantin’, namun apa yang dilakukan sangat berbeda dengan yang ada di Sasak. Alih-alih ada aturan dan menghargai kehormatan wanita, di beberapa negara itu malah cenderung erat dengan paksaan serta pemerkosaan. Beruntung sebagian negara kini sudah mulai menghapuskan budaya itu

Tidak ada komentar